Oktober 02, 2013

Penyebab dan Bahaya Mendengkur

PERHATIAN! Laporan National Sleep Foundation atau Yayasan Tidur Nasional Amerika tahun ini menyatakan, mendengkur lebih berbahaya untuk kesehatan jantung dibanding merokok dan kadar kolesterol tinggi.
Jeung, apa suami Anda mendengkur ketika tidur? Jika ya, perhatikan. Sesekali suara dengkuran tiba-tiba menghilang beberapa detik (jeda). Lalu dengkur terdengar lagi dengan repetisi lebih cepat dan singkat seolah-olah ia hendak bangun padahal tidak terjaga sama sekali. Apa yang sebenarnya terjadi?
Itu fase henti napas. Saluran napas tersumbat sehingga walaupun ia bernapas, sebenarnya tidak ada udara yang melintas. Itu sebabnya dengkuran mengalami jeda. Menyebabkan saluran napas sesak, terasa seperti dicekik. Jika ini terjadi pada pasangan, Anda patut waspada!
Hipertensi, Diabetes, dan Stroke
Dr. Andreas Prasadja, RPSGT menjelaskan, "Pada fase itu, pendengkur bangun tapi tak sampai terjaga. Sekadar mengambil napas lalu tidur lagi. Ia tidak sadar jika ia selama tidur mendengkur. Yang menyadari adalah pasangannya."
Penderita hanya merasakan gejala masih mengantuk setelah bangun. Padahal, ia tidur 8 jam. Jadi mendengkur disertai dengan hipersomnia (kantuk berlebihan) adalah gejala sleep apnea atau henti napas saat tidur. Henti napas saat tidur berbahaya bagi jantung.
Itu sebabnya National Sleep Foundation atau Yayasan Tidur Nasional Amerika menyebut, mendengkur lebih berbahaya daripada kadar kolesterol tinggi atau merokok. Mendengkur berdampak terhadap kesehatan, keselamatan, dan produktivitas kerja. Mendengkur "akrab" dengan hipertensi, diabetes, dan stroke.
Ketika mendengkur, penderita mengalami henti napas berkali-kali. "Begini, saat tidur otot-otot relaks dan melemas. Saluran pernapasan kita menyempit melebar dan seterusnya untuk menarik udara. Tekanan pada saluran pernapasan ketika tidur meninggi, jaringan lunaknya bergetar sembari menarik udara masuk. Itu yang menyebabkan terdengar suara yang disebut mendengkur," Andreas menukas.
Ketika saluran pernapasan tertekan, udara memang masih bisa lewat tapi jika getaran menguat dan tekanan ke saluran pernapasan memberat, terjadilah fase henti napas. Anda mungkin bertanya, jika mengalami henti napas, mengapa pendengkur tidak meninggal? Ketika terjadi henti napas, mekanisme pertahanan tubuh mengirim sinyal ke otak untuk membangunkan dan segera mengambil napas.

Bayangkan, jika sepanjang malam henti napas dan bangun (tapi tak sampai terjaga-red.) terjadi berkali-kali, otomatis kualitas tidurnya memburuk. Itu menyebabkan hipersomnia. Inilah tanda bahaya. Saluran pernapasan mampat, sementara jantung tetap butuh udara untuk bekerja. Artinya, dibutuhkan tenaga ekstra untuk memompa serta menarik udara ke jantung. Akibatnya, jantung terus memompa dan tekanan di dalam dada meninggi mengimpit jantung.
Jantung yang seharusnya relaks ketika terlelap, malah bekerja sekeras ketika si penderita beraktivitas. Karenanya, Andreas merekomendasikan dua hal, jangan mengendara dan menyetir dan jangan melakukan latihan kardio berat. Proses terbangun tanpa terjaga berkali-kali mengaktifkan sistem saraf simpatis (saraf stres). Saraf ini hanya aktif saat manusia terjaga.
"Dampaknya, mempercepat detak jantung dan menyebabkan kontraksi pembuluh darah. Ketika stres, saraf simpatis bekerja keras. Pada saat tidur, saraf simpatis harusnya rehat. Karena mendengkur, saraf simpatis dipaksa lembur. Lama-lama metabolisme terganggu. Pendengkur gampang stres, uring-uringan, akhirnya tekanan darah perlahan meninggi," imbuhnya.
Kalau sudah begini, metabolisme tubuh si pendengkur akan terganggu. Ia mengalami intoleransi glukosa dan resistensi insulin, yakni badan kehilangan fungsi mengenali insulin. Kondisi ini disebut sindrom metabolik pradiabetes. Saking dekatnya mendengkur dan diabetes, Federasi Diabetes Internasional pada Juni 2008 mengimbau penderita diabetes menjalani screening mendengkur. Faktanya jika problem mendengkur pasien diabetes diatasi, kontrol gula darah akan lebih mudah!
Dan mereka yang mendengkur lebih mudah gemuk. "Tengah malam, Anda dikejar deadline di kantor. Karena tidur tidak pulas, kantuk lebih cepat bertandang. Untuk mengatasi kantuk, Anda bekerja sambil menggerakkan mulut (mengunyah sesuatu). Pilihan menu yang dipilih cenderung yang manis (didapat dari gula), asin (didapat dari garam), dan gurih (menu yang digoreng atau bervetsin)," ungkap Andreas yang bertugas di Sleep Disorder Clinic RS Mitra Kemayoran Jakarta. Dengan begitu, pola hidup makin Anda dan pasangan makin tidak sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar