PERNAH mendengar cerita sedih tentang ibu yang mengalami ketuban pecah sebelum waktunya?
Dokter kerap menyebutnya ketuban pecah dini (KPD). Apa sebab? Pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan, terjadi pada usia kehamilan cukup bulan atau kurang bulan. KPD kurang bulan terjadi pada usia kehamilan 37 minggu.
KPD cukup bulan terjadi sebelum waktu persalinan, dengan frekuensi memanjang hingga 12 jam sebelum bersalin.
8 Penyebab
Salah satu penyebab KPD, melemahnya kekuatan membran ketuban, meningkatnya tekanan terhadap rahim, atau kombinasi keduanya. Dr. Ganda Anang Sefri Ardiyanto (29) menyebut, penyebab paling umum terjadi karena infeksi vagina dan leher rahim (bacterial vaginosis). Penyebab lain, inkompetensi serviks.
Salah satu penyebab KPD, melemahnya kekuatan membran ketuban, meningkatnya tekanan terhadap rahim, atau kombinasi keduanya. Dr. Ganda Anang Sefri Ardiyanto (29) menyebut, penyebab paling umum terjadi karena infeksi vagina dan leher rahim (bacterial vaginosis). Penyebab lain, inkompetensi serviks.
Inkompetensi serviks adalah kelainan otot-otot rahim dan leher rahim yang terlalu lunak (lemah) sehingga sedikit membuka di tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang terus membesar. Dengan kata lain, KPD terjadi karena banyak faktor.
Ganda mengurai delapan faktor lain sebagai berikut:
1. Peningkatan tekanan terhadap rahim. Pertanyaan yang kemudian dilontarkan calon ibu, apa yang membuat rahim sedemikian tertekan?
a. Trauma akibat hubungan seksual, pemeriksaan dalam misalnya amniocentesis (tes untuk mengetahui kelainan genetik pada bayi dengan memeriksa cairan ketuban) dan lain-lain.
b. Kehamilan kembar. Alangkah bahagianya ibu yang sekalinya mengandung langsung dikaruniai Sang Khalik dua janin. Makin banyak anugerah, makin banyak tanggung jawab yang diemban. "Ibu yang mengandung bayi kembar patut menyadari fakta ini: isi rahim lebih besar. Sementara selaput ketuban relatif kecil sedangkan di bagian bawah rahim tidak ada penahan. Akibatnya, selaput ketuban teregang lalu terjadi penipisan yang memperbesar risiko pecah," Ganda menukas.
c. Makrosomia (bayi berukuran besar). Ini terjadi jika bobot janin melampaui 4.000 gram, sehingga menimbulkan peregangan rahim.
d. Hidramnion (jumlah cairan ketuban lebih dari 2.000 ml). Jika ini terjadi tiba-tiba dan dalam waktu lama, volume tersebut mengakibatkan rahim teregang.
a. Trauma akibat hubungan seksual, pemeriksaan dalam misalnya amniocentesis (tes untuk mengetahui kelainan genetik pada bayi dengan memeriksa cairan ketuban) dan lain-lain.
b. Kehamilan kembar. Alangkah bahagianya ibu yang sekalinya mengandung langsung dikaruniai Sang Khalik dua janin. Makin banyak anugerah, makin banyak tanggung jawab yang diemban. "Ibu yang mengandung bayi kembar patut menyadari fakta ini: isi rahim lebih besar. Sementara selaput ketuban relatif kecil sedangkan di bagian bawah rahim tidak ada penahan. Akibatnya, selaput ketuban teregang lalu terjadi penipisan yang memperbesar risiko pecah," Ganda menukas.
c. Makrosomia (bayi berukuran besar). Ini terjadi jika bobot janin melampaui 4.000 gram, sehingga menimbulkan peregangan rahim.
d. Hidramnion (jumlah cairan ketuban lebih dari 2.000 ml). Jika ini terjadi tiba-tiba dan dalam waktu lama, volume tersebut mengakibatkan rahim teregang.
2. Kelainan letak janin dan rahim.
3. Penyempitan panggul.
4. Infeksi selaput ketuban (khorioamniositis), karena penyebaran kuman dari vagina ke rahim.
5. Faktor keturunan (ion cu serum rendah, vitamin C rendah, dan kelainan genetik)
6. Riwayat KPD sebelumnya.
7. Kerusakan selaput ketuban.
8. Leher rahim pendek (kurang dari 25 mm) pada usia kehamilan 23 minggu.
Tanda Bahaya
Ingat, KPD salah satu tanda bahaya yang harus diwaspadai ibu. Satu tanda paling kentara, keluarnya cairan ketuban (merembes) melalui vagina. Aroma cairan yang merembes itu berbau amis. Warnanya pucat dan bergaris merah (darah). Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran tiba. Apabila si ibu duduk atau berdiri, kepala janin akan menyumbat sementara karena sudah terletak di bawah.
Ingat, KPD salah satu tanda bahaya yang harus diwaspadai ibu. Satu tanda paling kentara, keluarnya cairan ketuban (merembes) melalui vagina. Aroma cairan yang merembes itu berbau amis. Warnanya pucat dan bergaris merah (darah). Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran tiba. Apabila si ibu duduk atau berdiri, kepala janin akan menyumbat sementara karena sudah terletak di bawah.
"Selain rembesan air, gejala lain yang layak diindahkan calon ibu yakni demam, nyeri perut, dan denyut jantung yang bertambah cepat. Tiga gejala penyerta ini tanda bahwa infeksi sedang berlangsung. Anda harus segera ke dokter. Beberapa teori yang saya baca menyatakan bagaimana KPD terjadi. Mulai dari kelainan kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi," terang staf bagian Mikrobiologi Faktultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Faktanya, 65 persen kasus KPD berhubungan dengan infeksi.
Kuman dengan virulensi tinggi, seperti bacteroides sp. atau virulensi rendah seperti lactobacillus sp., jika tidak ditangani segera akan membawa petaka.
Disebut "petaka" karena KPD berdampak:
1. Terhadap janin. Si ibu belum menunjukkan gejala infeksi tetapi janin bisa jadi sudah terinfeksi dalam rahim. Jika ini terjadi (dan ibu tidak menyadari) maka keselamatan si janin jelas terancam.
2. Terhadap ibu. "Karena jalan terbuka saat persalinan maka dapat terjadi infeksi saat persalinan misalnya infeksi nifas dan dry-labor karena cairan ketuban berkurang atau infeksi ke dalam darah," Ganda mengingatkan.
Tidak berlebihan jika disebut tanda bahaya. Selain berdampak terhadap ibu dan janin, KPD bisa memicu komplikasi. Ganda mengingatkan, komplikasi yang timbul tergantung usia kehamilan. Selain infeksi, komplikasi lain yang mungkin muncul yakni persalinan prematur, kompresi tali pusat sehingga janin kekurangan oksigen, kelainan janin, serta gagal bersalin normal. Penanganan medisnya pun disesuaikan dengan usia kehamilan.
"Jika usia kandungan kurang dari 37 minggu, sebisa mungkin dipertahankan sampai usia 37 minggu atau lebih dengan cara rawat rumah sakit atau total bed, pemberian antibiotik, dan pemberian antikontraksi. Jika di atas 37 minggu, akan diusahakan agar ibu melahirkan dengan pacu atau bedah caesar," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar